Namaku Finda. Aku siswi di sebuah sekolah terkenal dan beken di kotaku. Sekarang aku kelas 10.
Aku memiliki banyak teman, tapi aku susah mencari sahabat. Bisa dibilang aku kurang bisa percaya terhadap teman-temanku sehingga aku hanya memiliki 6 orang sahabat untuk saat ini.
Aku tergolong keluarga yang cukup mampu dalam kebutuhan ekonomi. Papaku seorang kontraktor yang jarang pulang ke rumah. Dan ibuku seorang dokter dan memimpin sebuah rumah sakit swasta warisan dari kakekku yang juga seorang dokter.
Hidupku sebenarnya sangat menyenangkan. Teman-temanku semuanya ramah padaku, selalu ada disaat aku membutuhkan mereka. Pacar? Dia juga setia padaku. Menjagaku, mengantar dan menjemput aku kemanapun aku pergi tanpa aku memintanya. Pacarku juga satu sekolah denganku. Dia kakak kelasku. Namanya Revan. Dia orang yang tampan, baik, penyayang, pengertian dan sholeh. Aku mengenalnya dari sebuah organisasi yang aku ikuti saat ini. Karena kita selalu bersama-sama mengerjakan tugas di dalam organisasi itu, akhirnya kami memiliki rasa yang akhirnya kita resmikan dengan sebuah komitmen. Aku menyayanginya, begitu pula dengannya, ia menyayangiku.
Suatu hari aku dan pacarku merayakan anniv yang ke 1 tahun. Dia mengajakku makan di sebuah restoran dengan suasana romantis seperti yang ada di film layar lebar dan kebanyakan novel teenlit. Aku berdandan sangat cantik dan tak seperti biasanya. Aku mengenakan gaun selutut berwarna biru muda pemberian ke 6 sahabatku dengan cardigan berwarna putih yang selalu setia menemaniku saat ada acara-acara yang menurutku sangat spesial. Dengan rambut panjangku ku gerai, ku kenakan pita rambut pemberian Revan saat ulang tahunku yang ke 16 tahun 2 bulan yang lalu. Aku sangat cantik malam itu. Revan menjemputku dengan mobil grand livina berwana metalic.
Aku bahagia sekali malam itu, aku menyiapkan hadiah jam tangan untuk Revan. Setelah kami sampai di restoran yang Revan pilih, aku pun duduk dan bersikap manis di depan pacarku yang sangat aku sayang, Revan.
"Finda" ia memanggilku seraya memegang tangan dan menatap mataku lekat-lekat. Aku pun menjawab, "Iya? kenapa? kok serius banget kelihatannya?" dengan raut wajah penuh pertanyaan.
"enngghh.." belum menjawab, makanan yang kami pesan sudah datang, keadaan menjadi canggung dan hening. Tak seperti yang ku harapkan penuh nuansa romantis. Keheningan belum berakhir sampai kami selesai menghabiskan makanan di meja kami. Aku bersuara dan mengeluarkan hadiah untuk Revan yang ku beli dari hasil tabunganku selama ini. "Revan, ini buat kamu. Happy anniversary ya sayang" kataku sambil mencium pipi kanannya. Tak ada respon darinya. Dia hanya tertunduk lesu memperlihatkan wajahnya yang penuh kegelisahan. Aku yang melihatnya hanya bisa diam dan bertanya-tanya.
Tak lama kemudian, Revan membuka mulut, "Finda, maaf. sepertinya hubungan kita sampai disini saja. Aku telah memiliki yang lain.!" dengan mata yang tak berani menatapku sedikitpun.
DEG!! kenapa harus seperti ini? INI HANYA MIMPI KAN? Ku ulangi kata-kata itu di dalam hati. Seolah tak yakin bahwa Revan mengucapkan kata-kata yang sangat mematahkan bahkan menghancurkan hatiku.
Mataku mulai berkaca-kaca. Badanku terasa lemas, aku beranjak pergi dari restoran itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun sebelum meninggalkan Revan.
Aku pergi menaiki taksi menuju rumah Andin, salah satu sahabatku. "Andiiiiiin!!!!!" panggilku seraya memeluk sahabatku yang berambut pendek dan berkaca mata itu setelah ia membuka pintu rumahnya untukku. "kenapa finda? kenapa kamu nangis? bukannya hari ini kamu lagi ngerayain anniv sama Revan?" tanyanya dengan nada heran. Akupun menjawab dengan keadaan masih terisak dalam tangis, "tadinya emang ngerayain anniv. tapi akhirnya PUTUS!!" . Tangisanku semakin kencang. Andin menelfon kelima sahabatku yang lain. Kelima sahabatku pun datang dan akhirnya aku menceritakan apa yang terjadi saat di restoran tadi. "Sialan tuh cowok. gak punya perasaan kali ya? GAK PUNYA HATI!!" kata Mira. Sahabatku yang paling sensitif diantara yang lainnya. Dia tampak geram dan kesal atas perlakuan Revan terhadapku. "Udahlah Finda, biarin aja cowok kayak gitu. Udahlah lupain, cowok masih banyak kok!! Jangan nangis dong!" sahut Noni, sahabatku yang paling sering ganti cowok dan berpengalaman dalam hal CINTA. Intinya disini aku harus Move On dari Revan.
Aku mulai melupakannya dan fokus di sekolah. Walaupun kita satu organisasi di sekolah, aku tetap bersikap profesional tanpa mencampurkan urusan pribadi dengan tugas organisasi. Namun sebenarnya dia akhir-akhir ini sering mendekatiku walaupun aku sudah tak peduli dan tak ingin bertemu lagi dengannya.
DUA TAHUN BERLALU
Kini aku telah menyelesaikan ujian nasional. Aku dan keenam sahabatku berniat berlibur ke Singapura sambil merayakan ulang tahunku yang ke 18 disana. Karena eyang putri memintaku datang kesana dan merayakan ulang tahun ke 18 di negeri itu. Aku benar-benar telah melupakan Revan. Aku tak tau kabarnya sekarang seperti apa, dia berkuliah dimana aku juga tak tau. Namun saat aku dan sahabat-sahabatku pergi ke rumah sakit untuk mengantarkan eyang putri ke dokter untuk check up rutin, aku bertemu Revan dan mamanya! Revan tampak pucat, dan rambutnya gundul. Habis tak tersisa. Ia mengenakan jaket tebal. Aku bertanya-tanya sedang apa dia disin? Siapa yang sakit? Mama Revan menghampiriku dan menyapaku, "Finda sayaaaaaang. Apa kabar? Udah lama ngga ketemu ya?" sambil menyium pipi kanan dan pipi kiri ku. Aku tak menjawab apa-apa, namun aku menatap Revan yang sedang dalam keadaan yang aku yakini dia sedang sakit. Namun aku tak tau dia menderita sakit apa.
Singkat cerita, sekarang tepat tanggal 15 April. Tepat aku berulang tahun ke 18. Revan datang ke rumah eyangku. Ia membawa hadiah boneka panda warna pink yang menggemaskan. Ia datang tanpa undanganku, namun tiba-tiba saja dia sudah ada di rumah eyang. Revan mengajakku duduk di bangku taman belakang rumah eyang di dekat kolam renang. Ia mengajakku berbicara malam itu.
"Finda, selamat ulang tahun ya. Semoga kamu diberikan kesahatan, dan semua keinginanmu di kabulkan oleh Yang Maha Kuasa"
"terima kasih Revan. Sebenarnya kamu tak usah repot-repot datang kesini. Tak penting juga buatku dengan hadirnya kamu disini!"
"Finda, mungkin sampai sekarang kamu masih belum bisa memaafkan kesalahanku di masa lalu. Di hari jadi kita yang ke 1 tahun"
"iya. di hari jadi dan sekaligus hari bubar!"
"maafkan aku. Selama ini ada yang aku sembunyikan darimu. Bukannya aku memiliki kekasih lain, itu tak benar adanya. aku membohongimu. aku minta putus karena satu hal, aku tak ingin melihatmu menangisi keadaanku yang sekarang"
"keadaan apa? BULLSHIT semua omonganmu!"
"AKU SAKIT FIN! AKU SAKIT KANKER OTAK STADIUM 4! dan aku menderita itu sejak lama. Aku meninggalkanmu dan beralasan memiliki kekasih lain, karena aku tak tega melihatmu menangis karena penyakit yang aku derita! Lebih baik aku melihatmu marah dan membenciku daripada kamu menangis karena aku! Sekali lagi maafkan aku. Aku sayang kamu Finda!" katanya sambil memelukku.
Aku terharu dan menangis sejadi-jadinya mendengarkan pengakuan itu. Dia tak jujur padaku karena tak suka melihatku sedih dan menangis. Oh Tuhan, sungguh mulia hati orang yang ku cintai ini. Aku mohon jangan ambil nyawanya. Aku sangat mencintainya dan aku berjanji akan menjaganya, merawatnya dengan tulus. Aku berdoa sambil tetap berada dalam pelukan Revan.
Namun waktu berjalan semakin cepat, pengobatan selama ini tak mempan untuk membuatnya bertahan hidup lebih lama lagi. Revan menutup matanya dengan tenang dan damai. Dan terlukis senyum indah di bibirnya menandakan Ia telah bahagia di alamnya.
Tuhan, jaga Revan baik-baik. Terima ia di sisiMu. Jagalah ia. Karena ia adalah seseorang yang sangat aku cintai.
Revan, maafkan aku bila selama hidupmu aku tak bisa membahagiakanmu. Maafkan aku karena aku sempat membencimu, walau sebenarnya hati ini sangatlah mencintaimu. Tenanglah kau disana. Ingatlah cintaku, cinta kita saat dulu kita masih bersama :")