Rabu, 31 Oktober 2012

Aku, hanyalah angin lalu

Sedikit menyedihkan jika rindu tak terbalas. Ralat, bukan sedikit menyedihkan, tapi "amat menyedihkan". Ya, itulah yang aku alami saat ini.

Aku memikirkanmu, juga merindukanmu. Tapi, kau tak merindukanku. ._.
Kenapa ini semua tak pernah adil untukku? Aku selalu menjadi pelaku. Aku perindumu, pecintamu, pengagummu. Tapi kau acuh terhadap aku.

Mungkin ini takdir. Entah sudah berapa kali aku menerima takdir dengan tipe yang sama. Mungkin sudah lebih dari dua puluh kali, atau bahkan lebih dari lima puluh kali. Entahlah, aku telah kehilangan catatanku yang berisi 'berapa kali takdir tak sepihak denganku'.

Sekiranya aku telah belajar bagaimana cara menerima sebuah kenyataan yang tak sesuai harapan.
Namun, aku masih belum mampu menerapkan dengan baik bagaimana cara menerima sebuah kenyataan yang tak sejalan dengan apa yang kita mau. Intinya, saya belum ikhlas sepenuhnya menerima takdir.

Rindu yang bertepuk sebelah tangan. Kasihan sekali menjadi aku? Rindu bertepuk sebelah tangan. Cinta? Sudah dapat dipastikan juga sama seperti rinduku terhadapmu. Tersampaikan, tapi tak dihiraukan.
Aku hanya mampu tersenyum melihatmu dan responmu yang tak begitu bersahabat menyambut aku, rinduku, dan cintaku.

Bahkan aku memberanikan diri dan menepis jauh-jauh gengsi dan rasa malu yang ada pada diriku untuk mendekatimu. Semata-mata hanya sebagai obat rindu. Namun sudah dapat ditebak apa respon darimu. Hanya acuh, dan menganggap aku angin lalu.

Saya Telah Mampu

Saya bisa! Ya, saya mampu. Saya telah bisa bertingkah seperti anda. Namun seharusnya saya tidak bangga atas kelakuanku yang baru ini. Saya baru saja belajar untuk tidak mempedulikan anda, siapa anda dan bagaimana keadaan anda. Saya benar-benar tidak mau tahu.

Sekarang ini saya mampu berpindah pada objek yang baru. Tentu saja objek (orang) ini aku yakini lebih bisa membuat aku tersenyum setiap dia bersamaku. Tidak hanya selalu mendapatkan siksaan batin yang tiada henti disaat aku masih bersama atau berusaha 'mempertahankan' hubungan yang sudah benar-benar rapuh.

Kini aku telah kembali pada pribadiku yang sediakala. Pribadi yang ceria. Seperti saat sebelum aku mengenalmu. Entah sudah berapa tahun aku terbelenggu dan terdiam saat menerima sakit hati. Intinya disini saya selalu menahan amarah jika anda bertingkah sesuka hati anda.

Hari ini, detik ini, hidupku seperti mengalami reinkarnasi. AlSaya menemukan yang baru. 'Dia'. Yang kini menjadi alasan utamaku selalu tersenyum saat menghadapi cobaan seberat apapun. Dia, yang menjadi sumber tawaku dan sumber energiku.

Saya mampu tertawa, tersenyum, dan merasakan apa itu bahagia dengan dia. Tidak seperti saat saya memiliki ikatan dengan anda.

Untuk kamu, yang kini menjadi alasanku untuk selalu tersenyum, terima kasih atas hadirnya kamu dan keberadaanmu saat ini. Semuanya berubah, berbeda, karena kamu. Adanya kamu.

Untuk kamu, yang dulu pernah menjadi bagian hidupku, terima kasih dengan kau memberiku rasa sakit dan luka, aku mampu mencoba lebih tegar.

Dan untuk Allah, terima kasih telah menghadirkan 'dia' yang baru, yang kini namanya telah masuk dalam daftar doa dan nama yang selalu aku fikirkan. Dia laki-laki yang baik. :)

Selasa, 30 Oktober 2012

Sahabat-sahabatku {}

Bosan sekiranya dilanda kegalauan yang belum usai juga hingga detik ini.
Beruntunglah aku memiliki sahabat yang membuatku tersenyum dan merasa terhibur di sela-sela kegalauanku.

Entahlah detik-detik belakangan ini intensitas galau ku meningkat 30% .
Penyebab kegalauanku juga masih sama dan karena orang yang sama. Sudahlah, untuk kali ini aku tak mau berlarut-larut membicarakan kegalauan yang hampir selalu melandaku. Aku ingin menceritakan bagaimana sahabat-sahabatku.

Aku menyayangi mereka. Tentu saja sahabatku, orang yang selalu menemani hari-hariku dan selalu ada saat senang maupun susah.
Rasanya kalau sudah bersama sahabat itu nyaman dan susah untuk ingin berpisah. Kita bisa menjadi diri sendiri di depan mereka.

Mereka mengerti kita, menyayangi kita, peduli akan keadaan kita. Ah indahnya sebuah persahabatan. {}

Terkadang, persahabatan juga diwarnai dengan pertentangan. Tak hanya sebuah kesenangan yang selalu menjadi background sebuah persahabatan. Tapi, namanya juga sahabat pasti nanti bakal balik saling menyapa dan tertawa bersama lagi.

Sahabatku. Mereka mampu merasakan apa yang sedang aku rasa tanpa aku bercerita pada mereka. Mereka mampu melihatnya dari sorot mataku.

Aku pernah membaca sebuah quote dari novel ,"Semua orang mendengar apa yang kamu katakan. Teman memperhatikan apa yang kamu katakan. Teman terbaik memperhatikan apa yang tidak kamu katakan."

Nyatanya memang sahabat selalu tau apa yang kita rasa tanpa kita memberi tahu mereka terlebih dahulu.

Ini ada beberapa quote yang aku ambil dari Novel yang berjudul 'Surat Untukmu Sahabat' :

"Sahabat yang baik sulit untuk ditemukan, lebih sulit untuk ditinggalkan, dan tidak mungkin untuk dilupakan."

"Aku selalu terharu bila ada sahabatku yang terburu-buru mencuri waktu hanya untuk bertemu meski sekedar memelukku demi melepas rindu."

"Kasih sayang sahabat itu sama pentingnya dengan air putih karena tanpanya, hidupmu hanya akan bertahan 2X24jam."

"Apabila bumi menjadikan bunga sebagai tanda kebahagiaannya, aku akan menjadikanmu karena kamu adalah sahabatku."

"Saat semua terasa terhambat, hanya sahabat yang tidak pernah menyumbat. Mereka datang seperti obat yang selalu membuat hidup kembali bersemangat."

"Mata adalah jendela hati, tetapi hanya sahabat sejati yang mengerti apa yang sedang terjadi meski tersimpan jauh di dasar hati."

"Teman terbaik ada disaat yang paling sulit. Teman yang sulit menjadi baik, ada di saat yang tidak pernah sulit."

"Persababatan sejati bukan berarti tidak pernah diuji. Cobaan datang untuk meyakinkan bahwa kita telah bersama sahabat yang tepat."

"Persahabatan adalah anugerah yang tak tergantikan. Saudara belum tentu bisa menjadi sahabatmu, tetapi sahabatmu sudah pasti menjadi saudaramu."

"Sahabat itu seperti pelangi yang selalu dinanti karena hadirnya pasti menghiasi ruang hati."

"Persahabatan itu bukan dibina dari seberapa sering kamu bertemu, tetapi seberapa besar kamu peduli terhadap sahabatmu."

"Di dalam persahabatan itu kita saling melengkapi. Seperti pagi yang datang bersama matahari, seperti senja yang mewarnai langit dengan jingga, seperti malam yang selalu berhiaskan bintang."

Mereka, sahabatku, adalah orang-orang yang meberiku pelajaran, membantuku untuk menjadi seorang yang tegar dan dewasa, mereka tempatku membagi kisah hidup yang aku alami.

Untukmu sahabatku >> 7icons (litha, yukiko, hani, zastya, iga, muthi) , SixAsik (alfi, rena, dinda, oliv, della) , 3tomcat (merry, icha) , anak-anak S3CREAM's yang lain, juga teman satu organisasiku yang sudah menjadi sahabatku {{}}

Terima kasih untuk kalian yang telah membuat hariku lebih berwarna. I love you all ♥

Senin, 29 Oktober 2012

Galau Kalem

Galau itu sederhana. Yaitu ketika melihat kamu tertawa bahagia, namun bukan aku yang menyebabkan kamu tertawa. Melainkan 'dia'.

Mungkin bisa dibilang aku menjadi pecemburu berat ketika kamu berjarak dekat dengan 'dia'. Cemburu? Wajar. Karena aku tak rela melihat kamu bersama 'dia'. Walau sebenarnya aku tau, aku tak punya hak sedikitpun untuk cemburu pada kamu.

Tapi nyatanya disini aku cemburu. Aku memang bukan siapa-siapa, juga bukan bagian dari hidup kamu. Aku bukan orang yang special untuk kamu. Aku disini hanya menjadi figuran ketika kamu dan 'dia'lah yang menjadi pemeran utamanya.

Aku hanya sekedar lewat dalam kehidupanmu, tapi aku sudah sebegininya menyayangi kamu. Entah kamu mau menilai seberapa besar kadar kebodohanku, aku tidak peduli. Ini cintaku, untukmu, tanpa respon darimu.

Aku layaknya menyobek muka dan membuang harga diriku ketika mencoba untuk mendekatimu, orang yang jelas-jelas acuh terhadapku.
Namun dengan tanpa menggubriskan rasa malu, aku tetap mencoba mendekatimu dengan egoku.

Dan seperti apa yang sudah aku tebak dari awal, kamu tetap bahagia karena dia. Bukan aku. Sekalipun aku selalu mencoba membuatmu bahagia dan tersenyum. Dia yang berarti buatmu. Dia yang mampu menghiasi harimu dan mencerahkan duniamu.

Mungkin akan jadi kebahagiaan yang teramat sangat tanpa adanya aku yang mengusik kehidupanmu. Aku akan meninggalkanmu, demi kebahagianmu. Dan menjadi kesedihan tersendiri untukku.

Jumat, 26 Oktober 2012

Pengagum Rahasia

Memandangmu dari jarak yang sekiranya tak mampu tersentuh olehmu.
Mencintai dalam diam. Mengagumi dalam persembunyian.

Membidik segala tingkah lakumu, dan setiap langkahmu sudah menjadi bagian rutinitasku.

Aku mulai terbiasa menjadi mata-mata dan pemburu segala hal tentangmu. Memang terlihat aku terlalu ambisius untuk mengetahui sesuatu tentangmu, terlebihnya ingin lebih dari seorang pengagum rahasia.

Setiap malamnya aku membuat berbagai macam rumpakan, prosa, serta coretan-coretan lainnya itu semua terinspirasi darimu. Ya, kamu.
Entah sampai kapan aku harus mengagumimu dengan cara terselubung. Aku takut untuk mengatakan padamu apa yang aku rasa sebenarnya.

Mungkin jika suatu hari Tuhan memberi waktu dan kesempatan yang sekiranya pantas untukku mencurahkan semua, aku akan mengatakan akulah wanita pengagummu dan ambisius terhadapmu.

Aku bahagia dengan caraku mengagumimu. Aku juga bahagia sebagai pengagum rahasiamu.
Aku yang selalu menyebut namamu disela doaku, aku yang selalu teringat padamu dan mengkhawatirkan keadaanmu disetiap waktunya.

Terasa mudah bagiku untuk menyimpan perasaanku. Namun sukar bagiku untuk menahan hasrat tuk mengikuti jejak-jejakmu.

Kenestapaan Jiwa

Bukan hanya sekedar cinta, namun apa saja yang aku persembahkan hanya kau pandang dengan sebelah mata.

Mungkin bagimu aku hanyalah sosok yang tak patut untuk dijamah, didekati, ataupun dipandang.
Bila saja engkau merasakan laranya hati ini ketika sikap acuhmu menyambutku..

Taukah kau bahwa aku disini merasakan kenestapaan? Tunggu, bagaimana kau bisa tau? Kau mau peduli saja tidak. Untuk sekedar melihatku kau tak mau.

Cinta darimu bagai fatamorgana. Nampak, namun begitu ku dekati semuanya sirna.
Aku teringat sebuah kenyataan yang telah menjadi pasal. Pasal itu berbunyi "Kau Sama Sekali Tak Mencintaiku dan Apa yang Ada Pada Diriku" .

Hanya ilusi semata jika kau benar-benar hadir dengan cinta dan selalu menyertaiku dengan senyumanmu.

Aku dan Kamu

Aku mencintaimu. Tanpa kamu mencintaiku.
Aku menantimu, tapi kamu tak peduli atas segala penatianku.

Jalanku dan jalanmu memang berbeda, tak pernah searah. Ya memang, kita tak di takdirkan untuk bersama. Kau selalu berada di arah berlawanan dimana aku berada.

Cinta yang aku beri, hanya kau balas dengan berbagai cacian dan sikap yang sesungguhnya tak pernah aku harapkan kehadirannya.
Bukankah aku bodoh ketika aku mempertahankan diriku dengan cintaku?
Aku memang bodoh, tapi aku bahagia dengan kebodohanku.

Lalu apakah kamu peduli dan iba dengan rasa bodohku? Kau memang peduli dengan kebodohanku, lalu menertawakannya. Kau bilang jika aku berada pada suatu organisasi untuk orang bodoh, akulah leader dari orang-orang bodoh itu.

Dengan ketegaanmu, kamu menyingkirkan aku. Aku tau aku bukan siapa-siapa untukmu dan di kehidupanmu.

Mungkin kita sama. Sama-sama manusia dengan status yang berbeda. Aku pencintamu, dan kamu berstatus sebagai orang yang aku cinta.

Kamu dan aku tak akan bersatu. Meskipun aku selalu berharap kamu dan aku akan saling menyayangi di suatu hari nanti, aku tau semua itu tak akan terjadi.

Kamis, 11 Oktober 2012

Ketidak Adilan Dunia dan Cinta

bolehkah aku menyentuhmu dengan cinta?
ah, tidak jadi. kau pasti tak mengizinkannya.
aku tak mampu lagi menahan amarah. aku gusar! semuanya menjadi satu dan berkecamuk dalam hati ini. tidakkah terlalu menyakitkan bila melihat seorang yang kau sayang bersama sosok lain yang tidak lain adalah kawanmu sendiri?

mengapa aku tetap hidup dalam posisi ketidak adilan dunia?
aku tersisih, terkucilkan, terabaikan, bahkan aku terbuang olehmu.
berat rasanya tertindih akan bayanganmu, bayangan kalian berdua, dan sekelebat bayangan masa lalu yang setidaknya pernah kita cicipi.

bukankah kau dulu pernah bilang hanya aku dan cukup aku yang selalu ada dalam bayang fikirmu?
dustamu semakin terkuak. kau hanya merangkai kata-kata seindah syair untuk membuatku meleleh olehmu.

ketika kau mulai melangkah meninggalkan aku, bayanganku, kisah kita, apa yang dapat aku lakukan? berteriak? aku tak mampu. suaraku tertahan, tak mampu berteriak memanggil dan memohon agar kau jangan meninggalkan aku.
apakah aku harus mengejar? kaki ini terasa kaku, tak mampu digerakkan.

perlahan aku mulai melupakan semua. tidak, bukan semua. hanya sebagian. hingga saat kau kembali hadir dalam hadapanku bersama dia. dia yang kini bersamamu dan mampu membuatmu tersenyum setiap waktu.

terkikis sudah perasaan sayang dan cinta yang dulu sangat melekat. perlahan-lahan, aku tahan rasa sakit itu. hingga akhirnya aku tak tahan, aku meronta! tak kuasa melihat apa yang ada di hadapanku sekarang.
apakah ini hanya layar proyeksi yang memang disengaja diciptakan oleh Tuhan untukku?
atau ini memang benar-benar nyata dan Tuhan ingin aku melihat kenyataan ini?

kini mataku terbuka, melihat sekeliling. ini bukanlah layar proyeksi, ini nyata. kau begitu nyata meninggalkanku, kembali ke hadapanku dengan membawa cinta yang baru, dan sangat nyata ketika aku menghampirimu dengan sentuhan cinta yang masih bertahan. kau melemparku, menghempaskan aku pada tanah. seperti sampah, aku sudah tidak terpakai, aku tak berguna, kau membuangku. hingga benar-benar terbuang serta harga diriku.

ketidak adilan dunia ini tetap melekat pada diriku.
lupakan, hilangkan, buang apapun tentangmu, kita, dan kalian.

Melarikan Diri dari Kenyataan

kenyataan memang pahit. menyakitkan, terutama bagi aku yang kurang sanggup untuk menerimanya.

aku ingin berlari meninggalkan semua ini. meninggalkan kalian yang aku sayang, meninggalkan orang yang mungkin masih sayang dan peduli padaku. ketika aku sudah mulai penat dan lelah menghadapi ini semua.

mencoba sabar, air mata ini tak pernah berhenti menetes. mungkin aku memang merepotkan bagi hidup kalian. aku hanya meratapi ini. bahwa aku seseorang yang 'merepotkan'.
aku hanya bisa menangis dan membatin ketika untuk kesekian kalinya aku merepotkan orang.

sebenarnya aku tak mau merepotkan kalian, aku ingin hidup tanpa selalu mengusik hidup kalian. mungkin salah satu bahkan kalian semua bosan akan kehadiranku dalam hidup kalian. aku disini hanya bisa meminta maaf atas sikapku dan keadaanku yang selalu merepotkan kalian.

aku ingin pergi, tak ada guna jika aku berada ditengah-tengah kalian hanya untuk memperepot hidup kalian. sekali lagi aku minta maaf atas keadaanku yang selalu merepotkan.

ini semua hanya curahan hati..

Rabu, 10 Oktober 2012

Rindu yang Terhalang

merindukanmu, sudah merupakan rutinitasku di setiap waktu. hanya saja aku diam, tak mampu berkutik, tak mampu mengungkap, tak mampu menunjukkan.

aku bungkam. disatu sisi aku ingin angkat bicara, disatu sisi lain aku malu untuk berbicara. bagiku, tak ada guna aku berbicara, kau saja tak pernah menghiraukan ucapanku.

bila aku datang padamu dengan rasa rinduku, acuhanmu lah yang aku dapat. dinginmu yang kau tunjukkan. sekali lagi aku hanya bisa membisu, dan meratapi.

terkadang aku berfikir apa yang harus aku lakukan jika aku merindukanmu lagi? haruskah aku bungkam untuk kesekian kali? atau aku harus menghubungimu? atau harus menghampirimu dan mengatakan 'aku merindukanmu'?

percuma saja aku datang dengan rinduku bila engkau hanya menyambut itu semua dengan dingin, acuh, lalu berlalu meninggalkan aku.

sebuah rindu tak terbalas, sekelumit sesak didalam hati, serangkaian luka terbentuk yang menyiksa batin, telah menemaniku saat rindu-rindu padamu hadir menyiksa. namun tetap ku nikmati itu semua.

Senin, 08 Oktober 2012

Kamu Dengan Cintamu

Ketika seseorang mulai jatuh cinta..

Senyumku merekah, berjalan menyusuri taman dan berharap segera menemukan sosok yang sedari tadi aku cari keberadaannya.
Ya, ini tempat favorit kami untuk menghabiskan sore. Biasanya kami berdua duduk di bangku taman yang ada di dekat kolam ikan.
Sore ini, sore ke sembilan dimana aku mencoba menemukan seseorang itu.
Flashback, sembilan hari yang lalu dia mengatakan sesuatu padaku. disini, di taman ini juga pada waktu yang sama. sore hari.
Dia menyatakan perasaannya kepadaku, namun bukan untukku. Ia mencurahkan isi hatinya, bahwa ia sedang terpikat oleh orang lain yang tidak lain adalah teman baikku. Mendadak hancur aku mendengarnya. Lidahku kelu, tak bisa berucap. Aku diam.

Aku menangis dan aku mengatakan semuanya. Aku menceritakan tentang aku, perasaanku, dan cintaku.
Kau ternganga, kau tak pernah menyangka bahwa aku akan mengatakan hal ini.
Air mataku menetes, kian derasnya. Kau menunduk, tak berani menatapku. Aku pun tetap dalam tangisan, dalam hatiku aku merasa bodoh telah mengatakan itu semua.

"Maafkan aku, aku tak pernah tau atas perasaanmu terhadapku. Aku mohon kau lupakan aku, karena aku tak bisa bersamamu." kata-kata itu yang keluar dari mulutmu sebelum kau beranjak pergi meninggalkan aku. Itu kata-kata terakhir yang aku dengar darimu sejak sembilan hari lamanya kau menghindariku. Hingga kau tak mau datang pada tempat favorit kita.

Jadi apa arti selama ini? Aku kira itu sebuah cinta dan kasih sayang. Namun ternyata bukan.
Aku salah menafsirkan semua itu. Bukan cinta untukku, tapi untuk kawanku.

Sebenarnya aku tak mau kau menjauhiku, aku masih mau bersamamu walau kau tak akan bisa dan tak akan pernah menjadi milikku.
Aku memahamimu atas cintamu pada kawanku.

Aku jatuh .. jatuh cinta kepadamu, orang yang memiliki cinta untuk kawanku.

Minggu, 07 Oktober 2012

Luka yang Datang

Kau memberi seberkas kebahagiaan di kala pagi, membuatku terbunga-bunga dan bahagia saat merasakan itu semua.

Kau datang lagi pada malam hari, menyambut malamku yang terbiasa sunyi dengan seberkas hal yang melukai hati.

Kau datang padaku, membuatku tersenyum dan bahagia. Tak setelah itu, kau meninggalkan luka dalam hati ini.

Kau datang bukan karena mencariku, melainkan kau ingin meminta pendapat tentang sahabatku yang sangat baru aku tau kau menyukainya dari dulu. Dan terlebihnya lagi, kau mendekatiku untuk mendapatkan sahabatku.

Aku tersenyum ketika kau memberiku secerca pertanyaan tentang sahabatku. Tersenyum, dengan air mata yang aku tahan. Aku hanya menatap langit-langit ruangan dengan nanar, tak bernyali aku untuk menatapmu sekejap saja. Aku takut, air mata ini tumpah hingga tak bisa terbendung.

Kau membawakan sahabatku sebuah bingkisan, yang tadinya aku kira itu untukku. Yah, memang tadi kadar percaya diriku sangat besar. Tentu saja sebelum aku mengetahui bahwa sebenarnya bingkisan itu tertuju untuk siapa.

Kau tak mampu melihat air mata yang aku tahan, kesakitan yang aku pendam, dan kau tak mampu menafsirkan arti sebuah senyumku yang terlontar ketika kau menyebut nama sahabatku dengan wajah berseri-seri serta mata yang berbinar-binar.

Kini aku tau, kau hadir padaku tetap saja untuk memberiku luka. Menghadirkan derita dan sesak dalam hati.

Senyuman Indah di Pagi Hari

Terjaga setelah melihat singsingan sang fajar. Membuka mata dengan penuh semangat, dan penuh keceriaan.

Kulihat sekitar disana ada kau. Kau yang sedang tersenyum menatapku dari kejauhan. Apakah aku bermimpi? Kau tersenyum.

Kau memperlihatkan betapa aku berharga untukmu pagi itu, menyapa pagiku dengan senyummu, memperlakukanku dengan penuh perhatian. Seperti sebuah mimpi. Mimpi yang indah. Namun tak disangka, ini nyata. Bukan maya.

Kau menyapaku, memperlihatkan sederetan gigi tertata rapi dengan cengiran khasmu. Aku menyambutnya dengan bahagia. Berbunga-bunga dan tak terlukiskan bagaimana kebahagiaanku pagi ini.

Satu persatu perlakuanmu memperlihatkan perasaanmu yang selama ini kau pendam. Kau mulai memperhatikan dan memberi sinyal padaku. Sekali lagi, ini salah satu mimpiku yang menjadi nyata.

Sungguh ini pagi yang indah, sungguh ini awal yang menyenangkan. Terimakasih telah menyinari pagiku dengan senyuman indahmu~

Sabtu, 06 Oktober 2012

Kamu?

Siapa mengerti aku? Siapa memahami aku? Kau terlihat memperhatikan setiap detail tingkah laku diriku. Kau terlihat mempedulikan hal yang aku lakukan setiap waktu. Namun kau berpura-pura untuk acuh dan tak mengetahui hal itu.

Melewatkan saat kau mencoba untuk menyapaku, lalu tersenyum. Sungguh sebenarnya aku tak mampu.
Melewatkan saat kau mencari dan mempedulikan aku, namun aku bersikap dingin dan beku.
Menyiksa, menyayat dan sangat melukai.

Ingin membuat dirimu nampak bodoh didepanku? Tingkahmu lucu. Tanpa kau bertindak bodoh dan konyol, aku tetap dan selalu memperhatikanmu. Walau tak setiap waktu.

Terkesan aku beku menyikapimu, acuh ketika kau menyapaku, dan dengan egoku, aku meninggalkanmu ketika kau menghampiriku. Sebenarnya aku tak mau terlihat bahwa aku mempunyai rasa terhadapmu. Aku memang ingin terlihat dingin, dan terkesan acuh saat berhadapan denganmu. Demi menutupi rasa malu telah memiliki perasaan random ini terhadapmu.

Namun kau adalah orang yang peka, perasa, dan peduli pada setiap keadaan. Kau mengetahui perasaanku, walau aku sudah berusaha menutupi sedemikian rapat hingga tak memungkinkan untuk dijamah orang lain.
Kau tersenyum saat kau sudah mengetahui perasaanmu terbalas.

Namun aku siapa? Pantaskah aku untuk memiliki rasa ini? Apakah kau memang pantas denganku? Siapa kamu? Apakah kamu akan tetap menjadi kamu yang dulu atau kamu yang baru?

Kamis, 04 Oktober 2012

Postingan Hoam

jika aku menjauh, bukan berarti aku memang berniat menjauhimu. tapi itu semata-mata karena aku ingin kau tau betapa kecewanya aku terhadapmu.

jika aku dan kau menjadi pemeran utama dalam film, aku meminta 'cinta' sebagai penulis skenario, 'kesetiaan' sebagai produser, dan 'kepastian' sebagai sutradara.

jika aku dan kau terpisah karena jarak yang jauh, aku mengingkan ikatan batin menjadi jembatan yang membentangi jarak kita berdua.

jika aku bersikap diam, bukan berarti aku ingin menjauhimu. tapi itu semua karena aku ingin melihat seberapa reaksi yang kau timbulkan ketika aku tak berada disampingmu.

jika aku memintamu untuk menjauhiku, maka sebenarnya ada 'jangan tinggalkan aku. tetaplah disini' dibalik semua itu.

jika aku benar-benar menangisimu, maka itu semua adalah caraku mengungkapkan betapa terlukanya aku oleh orang yang aku sayang.

jika aku benar-benar membencimu, maka itu semua adalah jawaban dari segala perbuatan yang pernah kau perbuat terhadapku.

Selasa, 02 Oktober 2012

Waktu Merubah Segalanya

Dulu dan sekarang itu berbeda. Segalanya berbeda. Dari waktu, kisah yang terjadi, keadaan saat ini, hanya satu persamaannya, aku dan kalian lah tokoh utama dalam kisah ini.

Terkadang aku membenci waktu. Waktu membuat yang memaksamu, aku dan kalian, untuk berubah. Dan terkadang perubahan itu menyisakna tangis yang sulit dibendung.

Aku menyukai pertemuan dan perkenalan. Tapi aku juga membenci itu semua, karena aku yakin dibalik pertemuan pasti akan ada perpisahan. Lagi-lagi waktu yang menjadi sutradara dalam hal ini.

Setiap kali aku bersama kalian, aku senang, namun sekaligus sedih. Aku membayangkan bagaimana keadaannya jika aku dan kalian berpisah suatu hari nanti? Akankah keadaannya sama seperti saat ini? Tentu saja tidak! Disaat kita berpisah keadaan benar-benar sudah berbeda. Aku, kamu, dan kalian sudah tak bisa bertemu lagi setiap waktu. Dan hanya menjalani komunikasi beberapa kali saja. Tidak seperti dulu disaat kita benar-benar bersama dan bisa menghabiskan waktu bersama.

Lagi-lagi waktu. Waktu menuntut kita untuk mengikuti segala perubahan dari keadaan yang menuntut kita untuk 'berubah' juga.
Semakin dewasa, waktu kita untuk bercanda, menghabiskan waktu dengan bercerita, menonton film bersama, mengerjakan PR bersama, jalan-jalan saat liburan mulai berkurang.

Waktu itu berjalan terus. Aku menunggu, kapan kita, kalian dan aku, akan menghabiskan waktu bersama seperti saat kita pada usia-usia remaja?
Sekali lagi, waktu berperan disini. Waktu yang menentukan.

Aku hanya bisa menangisi keadaan. Disaat semuanya telah sirna, perubahan telah terjadi, sang waktu dengan enjoy nya tetap berjalan terus dengan cepat.
Merindukan yang dulu, ketika kita, kalian dan aku masih bisa menghabiskan waktu bersama-sama.

Aku mohon kebijakanmu Tuhan, untuk menjalankan sang waktu. Bawalah aku dan mereka pada masa depan yang bisa mempertemukan kami kembali.

Senin, 01 Oktober 2012

Dibalik Benteng Rahasia

Sebenarnya siapa aku di mata kalian? Teman kah? Musuh kah? Orang asing kah? Atau bahkan aku benalu?

Aku seperti hidup di balik dinding rahasia, penuh rahasia yang biasanya aku ketahui itu semua. Tentangmu, tentangnya, tentang kita, dan tentang mereka. Kini? Aku tak tau apapun sedikitpun tentang itu semua. Sekalipun aku ingin tau, berkali-kali lipat jawabanmu selalu mencermikan aku tak perlu bahkan tak pantas untuk mengetahui itu semua. GREAT!

Semua berevolusi, yang dulu dianggap partner, kini jadi orang asing. Yang dulunya orang asing, sekarang jadi rival.

Apa gunanya aku disini? Mempertahankan diri seperti orang bodoh. Aku tak tahan, aku tak pantas. Sakit~

Setiap aku mendekat, pernahkah kalian menggubrisku? Sepertinya tidak. Kalian mengucilkanku, menjauhiku, meng-asing-kan aku.

Flashback aja, kalau dibaca-baca lagi sebuah diary masa lalu, kalian begitu dekat, akrab, dan menganggapku 'ada'. Ya, 'ada' dalam artian nyata, bukan 'ada' tetapi maya.

Sekarang? Setiap aku mendekati kalian dan bertanya apa yang terjadi, kalian selalu menutupinya dari aku. Sekalipun itu masalah yang harus diketahui bersama.
Wuhu~ aku kini menjadi turis dalam hidup kalian, lebih tepatnya turis asing.

Aku hidup diantara celah yang berupa dinding-dinding rahasia. Rahasia kalian. Yang sengaja kalian tutupi dari aku. Huwow~

Bukankah aku masih termasuk salah satu bagian dari kalian? Jika iya, apakah kalian sadar bagaimana perlakuan kalian terhadapku?
Sungguh merasa asing hinggap pada area dinding rahasia.