Rabu, 31 Oktober 2012

Aku, hanyalah angin lalu

Sedikit menyedihkan jika rindu tak terbalas. Ralat, bukan sedikit menyedihkan, tapi "amat menyedihkan". Ya, itulah yang aku alami saat ini.

Aku memikirkanmu, juga merindukanmu. Tapi, kau tak merindukanku. ._.
Kenapa ini semua tak pernah adil untukku? Aku selalu menjadi pelaku. Aku perindumu, pecintamu, pengagummu. Tapi kau acuh terhadap aku.

Mungkin ini takdir. Entah sudah berapa kali aku menerima takdir dengan tipe yang sama. Mungkin sudah lebih dari dua puluh kali, atau bahkan lebih dari lima puluh kali. Entahlah, aku telah kehilangan catatanku yang berisi 'berapa kali takdir tak sepihak denganku'.

Sekiranya aku telah belajar bagaimana cara menerima sebuah kenyataan yang tak sesuai harapan.
Namun, aku masih belum mampu menerapkan dengan baik bagaimana cara menerima sebuah kenyataan yang tak sejalan dengan apa yang kita mau. Intinya, saya belum ikhlas sepenuhnya menerima takdir.

Rindu yang bertepuk sebelah tangan. Kasihan sekali menjadi aku? Rindu bertepuk sebelah tangan. Cinta? Sudah dapat dipastikan juga sama seperti rinduku terhadapmu. Tersampaikan, tapi tak dihiraukan.
Aku hanya mampu tersenyum melihatmu dan responmu yang tak begitu bersahabat menyambut aku, rinduku, dan cintaku.

Bahkan aku memberanikan diri dan menepis jauh-jauh gengsi dan rasa malu yang ada pada diriku untuk mendekatimu. Semata-mata hanya sebagai obat rindu. Namun sudah dapat ditebak apa respon darimu. Hanya acuh, dan menganggap aku angin lalu.

3 komentar:

  1. menurut buku yang saya baca, anda memutar kejadian yang anda inginkan, akan tetapi anda tidak bisa berbuat sesuatu karna sakit yang anda alami, kalau menurut saya alangkah baiknya kalau anda memberikan sedikit sakit itu keplaku itu dan beritau dia bahwa sesungguhnya anda merindukannya.

    BalasHapus
  2. ooh begitu. terima kasih atas sarannya :)

    BalasHapus